Bandar Lampung – Ketua DPW Perhiptani Provinsi Lampung, Sutono menghadiri, mengedukasi serta berdialog ihwal ketahanan pangan bersama mahasiswa, di Gedung Sakura Politeknik Negeri Lampung, Sabtu (9/11/2024).
Dialog ini berlangsung pada kuliah umum dan kuliah praktisi dalam rangka gerakan penyelamatan pangan bagi generasi muda.
DPW Perhiptani Provinsi Lampung, Sutono mengatakan, pada 2019-2021 pemerintah mengimpor beras dibawah 400 ribu ton, namun impor bertambah pada 2023-2024 me jadi lebih dari 3 juta ton.
“Maka dari itu saya mendorong dan meminta khusunya Polinela untuk mendukung kebijakan program diversifikasi pangan agar ke depan dengan program ini kita tidak bergantung dengan beras,” katanya.
Kemudian selain beras, gandum juga mengalami peningkatan impor yang sebelumnya pada 2022-2024 yaitu 3,5-4,5 juta ton namun saat ini mencapai 10 juta ton.
“Saat ini konsumen paling banyak yaitu ada di generasi muda, saya mendorong generasi muda untuk membatasi mengonsumsi beras dan gandum sehingga tidak terjadi keborosan pangan,” ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada penyuluh pertanian, kelompok tani hingga masyarakat untuk menanam komoditi pengganti beras.
Ia menjelaskan, saat ini konsumsi beras di Indonesia rat-rata 124 kg/kapita per tahun lebih tinggi dibandingkan negara lain.
“Tingkat konsumsi di Indonesia lebih tinggi dibadingkan dengan sejumlah negara seperti China 60 kg, Jepang 50 kg, Thailand dan Malaysia 80 kg/kapita per tahun,”utasnya.
Maka dari itu, untuk mengurangi tingkat konsumsi beras perlu dikembangkan diversifikasi pangan, sehingga dengan adanya program satu hari tanpa nasi ini dapat menekan angka impor pangan di Indonesia khususnya Lampung,”ujar Sutono.
Sutono yang juga Calon Wakil Gubernur Lampung nomor 1 itu menjelaskan, sebelum diberlakukannya program satu hari tanpa nasi ini nantinya seluruh umkm seperti warung nasi akan dikumpulkan dahulu.
“Nanti kita kumpulkan dulu warung-warung makan untuk membuat makanan pendamping beras. Kemudian anggaran untuk pembelian bahan baku akan dipersiapkan dari pemerintahan. Kita berikan pembekalan pengarahan dan pembinaan kepada masyarakat,”ungkapnya.
Selain membahas beras, Sutono juga menginginkan lada perdu menjadi khas Provinsi Lampung. “Namun ini harus banyak bersinergi, tak hanya pemerintah ini juga akan melibatkan maayarakat. Saya ingin mengembalikan kejayaan lada perdu, ini program yang saya usulkan dan semoga semua ini menjado berkah,”tandasnya.
Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan Polinela, Agung Adi Chandra mengatakan, ketahanan pangan merupakan hal penting untuk menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi mahasiswa bersama alumni dari Hima MTKP Polinela.
“Menjaga ketahanan pangan bukan lagi urusan pemerintah saja namun ini juga menjadi tanggung jawab kita bersama,” ungkapnya
“Ini merupakan program yang berjalan atas kolaborasi mahasiswa dan alumni aktif, dan kolaborasi ini adalah yang pertama yang kami lakukan, sehingga kami berharap semoga ke depan program yang kami buat akan terus berjalan rutin,”tambahnya.
Agung mengungkapkan bahwa program ini dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan terhadap mahasiswa generasi muda dalam berkontribusi dengan penyelamatan kedaulatan pangan.
“Masa depan ketahanan pangan itu ada ditangan kita, jadi kita berupaya bagaimana kita mampu menjaga kedaulatan pangan. Polinela saat ini mempunyai fokus yaitu bertumbuh. Maka dari itu dengan adanya program ini wawasan kita dalam sektor pangan dapat meningkat,” tandasnya. (*)