Jakarta – Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Indonesia (IMMH UI) yang bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Pekerbunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar acara Diskusi Publik di Universitas Indonesia pada Senin, 20 November 2023.
Kegiatan Diskusi Publik tersebut membahas mengenai Transisi Energi Berkelanjutan Sawit Indonesia.
Narasumber kegiatan tersebut, yaitu Edi Wibowo, selaku Direktur Bioenergi Kementrian ESDM RI, Muhammad Suaib Sulaiman, S.E., M.M. selaku Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan, Deny Perdana Aji, SE selaku Pengamat Perdagangan Nasional dan Muhammad Takdir selaku Wakil Kepala Perwakilan KBRI Brussels.
Diskusi Publik tersebut digelar bertujuan untuk membuka mata anak-anak muda khususnya mahasiswa agar bisa memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Negara kita.
Terlebih pasca konflik ukraina dan russia energi menjadi salah satu hal yang paling penting dalam roda pembangunan dunia.
“Diskusi Publik Dari Indonesia untuk Dunia: Transisi energi berkelanjutan sawit Indonesia merupakan bagian dari movement Indonesia untuk membangun green energi yang baik dalam kelangsungan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh dunia”. Ujar Ahmad Zaqi Ainurrofiq, IMMH UI
Dalam kebijakan Pasar energi uni Eropa terdapat sejumlah negara di Uni Eropa bahwa CPO merupakan adalah komoditas yang berisiko tinggi menyebabkan deforestasi dan penggunaannya di Eropa hanya boleh 7% hingga 2030.
“Dengan adanya isyu deforestasi cpo membuat Indonesia akan kehilangan pasar uni Eropa” Ujar Deny Perdana
Kalau kita liat dalam beberapa riset dan artikel bahkan hingga Amerika juga mengakui bahwa CPO merupakan salah satu bentuk energi ramah lingkungan.
“Perkebunan sawit dan pengolahan crude palm oil (CPO) selalu menyisakan biomassa yang sering juga disebut sebagai limbah industri sawit. Keberadaan biomassa ini acap kali menjadi masalah kalau dibuang atau dibiarkan begitu saja. Padahal sesungguhnya, biomassa sawit bisa mendatangkan manfaat untuk aneka keperluan seperti diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan, termasuk menjadi bahan bakar pembangkit listrik”. Ujar Direktur Bioenergi Kementrian ESDM RI, Edi Wibowo, dalam penyampaian materinya.
Pada kesempatan kali ini Muhammad Suaib S.E., M.M., selaku Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan juga menyampaikan bahwa produk sampingan kelapa sawit sudah mulai dikenal banyak kalangan sebagai bahan baku yang baik untuk bahan bakar pembangkit listrik. Banyak negara di dunia ini yang mulai beralih ke biomassa sawit karena merupakan sumber bahan bakar yang ramah lingkungan dan terbarukan.
“Dalam rangka mencapai ketahanan dan kemandirian energi menuju transisi yang merata dan berkeadilan, salah satunya melalui penerapan Program Mandatori Biodiesel sejak tahun 2024. Selama kurun waktu tujuh tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 15% (B15) pada tahun 2015, 20% (B20) pada tahun 2016, dan 30% (B30) pada tahun 2020.
Sebagai wujud nyata komitmen Pemerintah dalam mempercepat transisi energi inklusif dan berkelanjutan, sejak 1 Februari 2023 tingkat campuran mandatori akan kembali dinaikkan menjadi 35% (B35).” ujarnya kemarin.
Pemerintah juga terus mendorong peran serta Badan Usaha (BU) Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam pelaksanaan program pengembangan biodiesel.
Muhammad Takdir, selaku Wakil Kepala Perwakilan KBRI Brussels yang menyempatkan hadir via zoom menyampaikan, bahwa seiring dengan kebutuhan energi uni Eropa yang tinggi, kita tentu perlu melakukan sebuah inovasi energi mulai dari CPO hingga lainnya.
“Pasar uni Eropa memiliki kebutuhan yang tinggi akan energi, dengan adanya kebutuhan tersebut ini menjadi sebuah peluang untuk kita dapat membangun pasar energi yang lebih luas di Eropa. Ujar, Muhammad Takdir
Terlebih claim Eropa bahwa CPO dan biodiesel merupakan energi yang tidak ramah lingkungan itu hanya alibi belaka.
Bahwa CPO dan Biodiesel sawit Indonesia merupakan energi yang ramah lingkungan dan mampu menjadi solusi transisi energi dunia saat ini. (*)